Kepiluan Pasca Hujan Deras di Puncak Cisarua Seruan Warga Minta Kembalikan Alam

Dokumentasi: Pribadi

Bogor, 10 Maret 2025 - Hujan deras yang mengguyur kawasan Puncak Cisarua, Bogor, Minggu malam (2/3/2025), telah memicu banjir dan longsor besar yang menyebabkan jembatan di atas Kali Ciliwung, Tugu Selatan runtuh. Bencana ini tidak hanya memutus akses jalan utama, tetapi juga memutus harapan banyak warga dan pengendara ojek yang bergantung pada jalur tersebut untuk mencari nafkah.

Kang Udok, seorang pengendara ojek setempat, mengungkapkan longsor ini telah mengubah hidupnya dan rekan kerjanya "Biasanya kami bisa mendapatkan Rp20,000 sehari, tapi sekarang untuk Rp1,000 saja sulit. Kami hanya ingin alam ini dikembalikan seperti semula," ujarnya. Jalan yang menjadi penghubung utama kini tak lagi bisa digunakan, membuat mereka kehilangan cara untuk mencari nafkah.

Tokoh masyarakat yang kerap dipanggil Ayah menceritakan bahwa beberapa rumah ikut terdampak. Barang-barang milik warga hanyut terbawa arus, sementara beberapa rumah mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Kehilangan ini dirasakan sangat menyakitkan, terutama ketika mereka merasa bantuan yang diberikan tidak cukup. "Kami merasa seperti dilupakan, seolah-olah kami ini tidak dianggap penting," ungkap Ayah.

Namun, di tengah kepiluan ini, warga menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada Gubernur Jawa Barat, Pak Dedi Mulyadi, yang telah menunjukkan perhatian terhadap kondisi mereka. Kehadiran beliau memberikan tindakan cepat yaitu mengembalikan kehijauan alam Bogor. “Alhamdulillah, ada Pak Dedi yang peduli dengan kami. Kalau bukan karena beliau, kami tidak tahu harus bagaimana, kami hanya ingin alam kami dikembalikan" ujar Kang Udok


Dokumentasi: Pribadi

Di balik semua kejadian ini warga hanya ingin mengembalikan keseimbangan alam. Mereka percaya bahwa bencana ini tidak hanya disebabkan oleh cuaca ekstrem, tetapi juga oleh kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang tidak bertanggung jawab. "Dulu Bogor hijau dan asri. Pohon-pohon itu menjadi penyangga alami yang melindungi kami. Tapi sekarang semua berubah karena pembangunan yang mengabaikan ekosistem," jelas Kang Udok.

Kerusakan lingkungan di kawasan Bogor memang menjadi perhatian banyak pihak. Penebangan pohon secara besar-besaran dan pembangunan infrastruktur tanpa mempertimbangkan daya serap air alami telah membuat kawasan ini semakin rentan terhadap bencana alam. Harapan warga untuk mengembalikan alam adalah sebuah kebutuhan yang mendesak. Mereka percaya bahwa dengan memulihkan keseimbangan alam, risiko bencana dapat berkurang. "Kami tidak butuh sembako. Kami hanya ingin alam ini kembali seperti dulu, agar kami bisa hidup dengan tenang," tegas Kang Udok.

Bencana ini menjadi pengingat bahwa penderitaan manusia tidak hanya soal kerugian materi, tetapi juga soal kehilangan ruang hidup dan harapan. Di tengah upaya mereka untuk bertahan, warga berharap perhatian dan bantuan nyata dari berbagai pihak untuk mencari solusi jangka panjang yang berfokus pada pelestarian lingkungan

Kesedihan warga dan pengendara ojek mencerminkan perjuangan menghadapi bencana yang berat. Penting untuk memulihkan alam dan menjaga ekosistem agar kejadian serupa tak terulang. Dalam kehancuran ini, mereka berharap ada untuk bisa memperbaiki kembali alam yang asri.

Postingan populer dari blog ini

Peningkatan Kenyamanan di Stasiun Bogor Pemasangan Kanopi untuk Penumpang

Petit Bites di 0251 Societet Camilan Mungil Manis yang menggoda