Disebut Kota Sejuta Angkot karna Fenomena Transportasi yang Unik di Bogor
Kota dengan Armada Angkot yang Tak Pernah Sepi
Jika berbicara tentang transportasi kota, Bogor memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kota-kota lain di Indonesia jumlah angkot yang luar biasa banyak. Bagi penduduk maupun wisatawan yang berkunjung, keberadaan angkot telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Bogor bukan hanya dikenal sebagai Kota Hujan, tetapi juga memiliki julukan unik sebagai “Kota Sejuta Angkot”. Dengan jumlah angkot yang luar biasa banyak dan trayek yang bersilangan hampir di setiap sudut kota, transportasi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga Bogor. Tapi bagaimana sebenarnya sejarah dan dampaknya terhadap mobilitas kota?
Sejarah Angkot di Bogor Dari Bemo hingga Armada Hijau-Biru
Transportasi umum di Bogor sudah ada sejak lama, tetapi angkot mulai mendominasi sejak era 1970-an, menggantikan kendaraan bemo yang sebelumnya populer. Seiring berkembangnya kota, sistem trayek angkot diperluas untuk menghubungkan pusat kota dengan wilayah pinggiran, membuatnya menjadi pilihan utama bagi warga dalam beraktivitas sehari-hari.
Kini, angkot di Bogor memiliki warna dan kode khusus berdasarkan jalur trayeknya, dengan dominasi warna hijau-biru sebagai angkot paling sering dijumpai di jalanan kota.
Kenapa Jumlah Angkot di Bogor Begitu Banyak?
Beberapa faktor utama yang membuat Bogor dipenuhi oleh angkot adalah:
1. Mobilitas Penduduk yang Tinggi: Sebagai kota penyangga Jakarta, Bogor memiliki lalu lintas padat dengan banyak pekerja yang bepergian ke dan dari Ibu Kota.
2. Minimnya Transportasi Massal: Sebelum kehadiran Trans Pakuan dan pengembangan transportasi modern, angkot adalah satu-satunya moda transportasi yang menghubungkan hampir seluruh wilayah Bogor.
3. Sistem Trayek yang Meluas: Trayek angkot tidak hanya terbatas di pusat kota, tetapi menjangkau berbagai kecamatan, pasar, terminal, hingga pedesaan.
Fenomena “Ngetem” dan Dampaknya pada Lalu Lintas
Salah satu ciri khas angkot Bogor yang paling sering dikeluhkan oleh warga adalah kebiasaan “ngetem” , yaitu berhenti cukup lama di titik-titik tertentu sambil menunggu penumpang naik. Kebiasaan ini sering menyebabkan kemacetan, terutama di area seperti jalan Pajajaran, Suryakencana, dan kawasan Stasiun Bogor.
Meskipun demikian, angkot tetap menjadi transportasi yang fleksibel dan murah bagi banyak warga, terutama yang membutuhkan perjalanan jarak pendek tanpa harus bergantung pada transportasi berbasis aplikasi.
Di tengah perkembangan saat initransportasi yang lebih modern seperti Trans Pakuan, bus listrik, dan ojek online, angkot masih tetap bertahan sebagai moda transportasi utama. Beberapa inovasi telah dilakukan, seperti pembayaran digital dan peremajaan armada, untuk membuat angkot tetap relevan dalam sistem transportasi kota.
Namun, seiring berkembangnya kota dan modernisasi transportasi, Bogor mungkin akan mulai bertransisi dari Kota Sejuta Angkot menjadi kota dengan sistem transportasi yang lebih terintegrasi dan efisien.